Wednesday 9 February 2022

JANJI (REVIEW)

Novel Tere Liye ini berkisah tentang sebuah misi, tiga sekawan (Hasan, Khairuddin, dan Baso). Mereka murid yang nakal di pondok. Sudah tak terbilang berulah, hukuman apapun sudah tak mempan.


Kejahilan paling parah saat tokoh nomor satu negeri berkunjung ke pondok mereka, maka tanpa diketahui oleh siapapun mereka memulai aksinya.


Bukan Buya namanya, jika ga tahu kelakuan muridnya yang nakal itu. Dipanggillah mereka menghadap, didiamkan lama hingga mereka tanpa dosa bertanya kenapa mereka dipanggil. Namun mereka tak mengaku juga sudah berulah hingga berdatangan banyak semut membanjiri tubuh mereka barulah mereka mengaku.


Kalian akan mendapat hukuman, namun sebelum itu saya mau menceritakan sebuah kisah, kata Buya. Maka mengalirkan kisah seorang murid nakal di zaman ayah Buya memimpin pondok itu, sangking nakalnya anak tersebut menyebabkan kebakaran pondok dan meninggalnya seorang santri.


Ayah Buya terpaksa menarik kata-katanya untuk tidak mengeluarkan satu murid pun dari pondok, namun apa yang dilakukan oleh anak itu tak bisa membuat nya lebih lama di pondok. Anak itu diizinkan pergi, karena dari awal ia memang tidak mau tinggal lama disana.


Setelah beberapa lama si anak nakal itu pergi, ayah Buya bermimpi bahwa anak itu menaiki kereta yang cantik sekali, sedangkan ia hanya berjalan kaki. Pergilah beliau mencari si anak nakal berhari-hari, namun tak menemui titik temu, hingga akhirnya beliau sakit dan meninggal. Sebelum menghembuskan nafas terakhir beliau berwasiat kepada ku untuk mencari anak nakal tersebut. Jadi hukuman kalian, cari anak itu hingga ketemu. 


Jika kalian berhasil menemukannya, dan jika setelah itu jika kalian memutuskan untuk pergi dari pondok ini, maka aku tidak akan menahan kalian lagi. 


Berbekal catatan dan sedikit bekal dari Buya, berangkat lah mereka bertiga mencari anak nakal itu. Sungguh seru perjalanan ketiganya dalam pencarian, banyak kejadian dan hikmah serta membuahkan kesadaran.


Bahkan sebelum misi terselesaikan mereka sudah memutuskan untuk tidak meninggalkan pondok. 

Dahsyat sekali pengalaman yang mereka alami selama perjalanan, sehingga bisa merubah pikiran secepat itu. Apa sajakah yang mereka alami? Dan siapa anak nakal yang diminta Buya untuk mereka cari? Apa istimewanya anak nakal itu sehingga dalam mimpi ayah Buya ia bisa naik kereta yang indah sekali?


Baca bukunya. Sarat nilai dan makna kehidupan. Saya kasih rate 4 untuk novel ini. Walaupun kisahnya kisah remaja, isi di dalamnya cocok untuk semua usia yang sudah bisa membaca.



Judul: Janji

Penulis: Tere Liye

Penerbit: Sabakgrip

Tahun: 2021

ISBN: 978-623-97262-0-1

Tebal: 486 halaman.















Sunday 6 February 2022

MERINDU CAHAYA DE AMSTEL (Review)

Sebuah Novel yang diangkat dari kisah nyata, dan sudah difilmkan juga. Filmnya saat ini sedang tayang di bioskop-bioskop.


Jauh sebelum Allah pertemukan saya dengan novel ini, saya sudah duluan jatuh cinta dengan sebuah view yang saya dapatkan dari om google. Sebuah tempat dengan pemandangan indah, Persis seperti cover novel ini, view dua sepeda dengan pendaran cahaya dekat sungai Amstel. Tempat dimana Nico, tokoh lelaki utama dalam novel Merindu Cahaya de Amstel bertemu dengan Khadija pertama kalinya saat ia mencari objek foto sore itu.


Khadija, seorang gadis muallaf keturunan Eropa tertangkap dalam camera Nico tanpa sengaja, menghasilkan sebuah foto yang mempesona. Pesona yang menghadirkan rasa penasaran Nico untuk kembali mencari gadis dalam foto tersebut agar kembali bersedia menjadi objek fotonya untuk menuntaskan rasa penasarannya.


Pertemuan tak terduga, lalu berulang kali berjumpa di tempat yang sama membuat mereka berkenalan dan berteman. Sosok khadija membuat Nico teringat akan ibunya. Perempuan yang telah melahirkan nya ke dunia, namun meninggalkannya sejak usia belia karena sebuah alasan yang baginya sangat tidak masuk akal. 


"Aku korban dari perbedaan agama. Ibu dan ayahku bercerai karena beda agama. Ibu meninggalkan ku saat aku masih kecil dan pulang ke negara asalnya Indonesia." Begitulah sepenggal ungkapan hati Nico pada khadija. Rasa sakit yang membuat dirinya benci pada sosok ibunya, dan itu juga yang membuat dirinya tak percaya pada keyakinan apapun.


Novel ini bercerita tentang perjuangan mendapatkan hidayah, komitmen memegang teguh sebuah keyakinan, jalan cinta yang menuntut pengorbanan, rindu yang tak tertahankan, serta persahabatan.


Mala, gadis asal Jogja yang mendapat beasiswa untuk melanjutkan study tarinya di Belanda, pada sebuah kesempatan bertemu dengan Khadija di sebuah halte selesai ia mengajarkan tarian pada teman-teman Belanda nya. Pertemuannya dengan Khadija membuatnya tersadar untuk kembali memuja Rabbnya setelah setahun lamanya mukenah pemberian ibunya tersimpan rapi di lemari.


Khadija juga yang membuat Mala berkenalan dengan dua sosok lelaki, Nico dan Pieter. Dua sosok lelaki yang sering melihat pertunjukan tarinya, dan tanpa dirasa memberi rasa aneh dan sempat membuat renggang persahabatan nya dengan Khadija.


Novel ini banyak memberi nilai-nilai positif, bagaimana kelamnya masa lalu seseorang, saat ia kembali bertaubat maka pintu Allah terbuka lebar, dan bahkan hidupnya kemudian menjadi lebih bermakna dan mempesona.


Novel ini juga memberi gambaran perjuangan cinta beda agama dan beda negara, serta komitmen apa yang harus dipegang teguh agar bisa utuh dan memenangkan rasa pada koridornya.


Tentu saja jalan juang itu tidak mudah, kadang bayang-bayang masa lalu yang kelam datang tanpa diundang, namun saat hati diteguhkan, pertolongan Allah datang dengan cara yang mengagumkan. Happy reading Teman-teman, novel ini sarat nilai-nilai kehidupan. Layak dibaca. Happy ending!



Judul: Merindu Cahaya de Amstel 

Penulis: Arumi E

Penerbit: Gramedia

Tahun: 2015

ISBN: 978-602-03-2010-6

Tebal: 271 halaman