Thursday 4 December 2014

NO EXCUSE!

Saya percaya tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Daun yang jatuh sudah diatur oleh Allah, apalagi keinginan yang dimiliki oleh manusia, kenyataan yang harus dihadapi, pertemuan dengan orang-orang tertentu, perasaan yang begitu tidak menentu, serta semangat yang turun naik. Allah selalu punya maksud dibalik semua itu, begitulah saya memaknai kehadiran buku ini.

3 tahun yang lalu, buku ini hadir dalam kehidupan saya tanpa rencana, namun justru isinya merupakan kata-kata yang ingin saya dengar. Ia datang disaat yang tepat, disaat saya butuh penguat untuk memantapkan tekad dan bergerak lebih cepat.

Buku ini mengupas tentang alasan-alasan yang sering digunakan banyak orang. “Alasan” Sebuah kata yang sering kali menjadi factor pemicu terbanyak gagalnya seseorang dalam meraih banyak hal. Penulis memaparkannya secara apik beragam alasan yang sudah sering kita dengar tersebut, dan bisa hinggap pada diri siapa saja, begitu pun mereka orang-orang yang sekarang ini sudah berada ditangga kesuksesannya. Hanya saja bedanya, mereka memilih untuk mengabaikannya, mereka memilih untuk menaklukannya. Semoga kita termasuk orang-orang yang akan menyusul jejak mereka. Aamiin…


SAYA TIDAK BISA! SAYA TIDAK BERBAKAT!

Pernahkan anda menolak suatu peluang, membuang sebuah kesempatan, melepas karir, mengabaikan tawaran dan menghindari rintangan dengan alasan di atas? Pernahkah terpikir, peluang yang kita lewatkan mungkin jawaban dari doa kita selama ini, mungkin itu jalan menuju masa depan yang lebih baik. Sadarkah?

“Saya ini wartawan, mana bisa memandu talk show!” ucapnya, saat ia pertama kali ditawarkan untuk memandu talk show. Ia ragu dan tidak yakin akan kemampuan dirinya walaupun akhirnya ia mau terlibat dalam talk show bersama host lainnya. Karirnya tidak mulus, banyak hambatan yang harus dilaluinya. Pada tayangan perdana talk shownya, tidak ada penonton di studio, akhirnya ia harus turun ke jalan menawarkan donat dan keramahan agar ada yang mau masuk menjadi penonton, bahkan orang yang diundangnya sebagai pembicara pun berkali-kali tidak mengubris kiriman surat dan bunganya. Apakah ini kisah host talk show yang tidak berbakat? Ini adalah kisah Oprah Winfrey yang kini dikenal sebagai ratu talk show dunia.

Ketika pertama kali ia diminta redaktur majalah islam untuk menulis cerpen, wanita ini ragu dan mengatakan: “ saya tidak yakin bisa menulis, saya tidak yakin berbakat menulis!” Rasa rendah diri itu berawal saat cerpen pertamanya mendapat komentar yang cukup pedas dari seorang senior yang dihormatinya, “cerpennya picisan, ga istimewa!” begitu komentar yang ia terima. Beruntungnya ia punya seorang kakak yang selalu mendorong dan mendukungnya untuk menulis. Bahkan ketika ada penerbit yang pertama kali tertarik membukukan karyanya, ia sempat ragu, “apa bisa laku terjual?” Apakah ini kisah penulis yang tidak berbakat? Dia adalah Asma Nadia, salah satu penulis best seller Indonesia yang paling produktif saat ini.

SAYA TIDAK MAU! SAYA TIDAK BERMINAT!

Kata-kata “Saya tidak berminat di bidang ini.”
“Saya tidak suka bisnis beginian.”
“Profesi ini bukan cita-cita saya.”
“Saya tidak pernah memimpikan pekerjaan seperti ini.”
“Pekerjaan seperti itu tidak menarik buat saya.”
Pernahkah mengunakan alasan-alasan di atas?

Apakah kesuksesan suatu bisnis atau pekerjaan tergantung pada seberapa kita berminat pada hal tersebut? Apakah menurut anda, semakin berminat kita pada suatu hal maka akan membuat kita semakin sukses? Sebaliknya, apakah jika kita tidak berminat pada satu hal, maka tidak akan mencapai sukses? Bagaimana jika dari bidang yang tidak diminati tersebut, dari bidang yang dibenci tersebut, justru terbuka peluang yang besar dan masa depan yang sangat menjanjikan? Terpikirkah, mungkin kita justru hebat di bidang yang tidak kita minati itu?

Kisah berikut bisa menjadi contoh konkretnya.
Kecelakaan membuat masa depannya di sepak bola hancur. Mobil yang dikendarainya kehilangan control, terguling, dan akibatnya ia menderita sakit parah selama 3 tahun. Dokter bahkan sempat memperkirakan ia akan lumpuh. Ia tidak mungkin meneruskan ambisinya menjadi pemain professional. Selama di rumah sakit, ia dipinjami gitar oleh perawat agar bisa bernyanyi melupakan kepiluannya. Gitar juga bermanfaat sebagai terapi untuk melatih tangan-tangannya. Selama 3 tahun ia ditemani gitar untuk pemulihan kesehatan dan emosinya. Akhirnya Ia sembuh dan terhindar dari kelumpuhan, namun sepak bola tetap merupakan kegiatan yang terlarang baginya. Apakah masa depannya hancur karena tidak mungkin lagi melakukan hal yang sangat dia cintai? Pemuda itu adalah Julio Iglesias De la Cueva, dikenal sebagai salah satu legenda hidup pelantun lagu romatis paling terkenal di dunia. Ia telah menghasilkan 77 album, diantaranya dilantunkan dalam 14 bahasa yang berbeda, dan sudah menjual lebih dari 300 juta kopi.

SAYA TIDAK COCOK! INI BUKAN SAYA!

“Ini tidak sesuai dengan karakter saya!”
“Bisnis seperti ini tidak sesuai dengan sifat saya!”
“Saya berminat, tapi tidak cocok!”
“Ini bukan pekerjaan yang tepat buat saya!”
“Enggak gue banget!”

Pernahkan anda, menjadikan ketidakcocokan terhadap suatu pekerjaan sebagai “excuse” atau “alasan” atas kegagalan atau kekalahan yang dialami?
Apakah anda percaya, kecocokan bidang kerja dengan karkater akan menentukan sukses seseorang? Apakah anda menganggap jika karakter orang tidak cocok, atau jika tidak berminat pada bidang tertentu maka tidak akan sukses?
Jika ada pekerjaan halal untuk kita, dan sangat menguntungkan, apakah akan diabaikan? Apakah bijak menjadikan kecocokan terhadap suatu pekerjaan sebagai pertimbangan utama dalam melakukan pekerjaan?

Percayakah? Anda bisa sangat hebat pada bidang yang dianggap tidak sesuai karakter, atau sebaliknya bisa jadi sangat buruk pada bidang yang dianggap sangat sesuai dengan karakter anda. Sadarkah? Banyak sekali kisah sukses dari orang-orang yang sangat sukses di bidangnya ternyata dimulai dari karakter diri yang berbeda jauh atau bahkan berkebalikan dari tuntutan pekerjaan.

Kisah berikut bisa menjadi cermin kita:
Ia sama sekali bukan anak popular ketika kecil dan remaja. Tidak popular dikalangan teman-teman maupun di mata para guru. Jauh dari kesan bintang. Simak pernyataanya tentang masa lalunya, “I was a geek,  a spaz. I was horribly, painfully, terribly shy. Lalu pekerjaan apa yang cocok untuk anak pemalu yang tidak popular dan jauh dari sifat kebintangan ini? Ternyata dia mencoba ber-acting! Wah. Beranjak remaja ia mulai mencoba kelas acting, akan tetapi itu bukan sesuatu yang membanggakannya. “Acting classes looked like the best place for a guy who liked to make a lot of noise and be rather flamboyant. I spent a lot of time going to plays. I wouldn’t take dates with me.” Anak pemalu, mencoba karir di bidang seni peran di teater dan dia tidak yakin cocok dengan dunia tersebut. Apakah pemuda ini punya masa depan di dunia pertunjukan?
Pemuda itu adalah Thomas Jeffrey Hanks atau Tom Hanks yang dikenal sebagai salah satu actor sukses Hollywood dan juga diakui sebagai produser, sutradara, pengisi suara, penulis dan pembicara.

SAYA SUDAH BERUSAHA SEMAKSIMAL MUNGKIN!

“Saya sudah berusaha!”
“Saya sudah melaukan apa yang saya bisa!”
“Saya sudah bekerja keras!”
“Itu sudah yang terbaik yang bisa saya lakukan!”
“Saya sudah mengerjakan sebaik mungkin!”

Pernahkah anda, menjadikan hal-hal eksternal sebagai “excuse” atau “alasan” atas kegagalan atau kekalahan yang dialami karena menganggap apa yang anda lakukan sudah yang terbaik?
Apakah anda percaya, yang sudah dilakukan adalah yang terbaik, sehingga tidak ada celah lagi untuk upaya yang lebih baik. Apakah yakin yang anda lakukan sudah semaksimal mungkin, sehingga tidak mungkin ditingkatkan.

Percayakah? Sekalipun anda sudah melakukan yang terbaik, pasti ada celah untuk memperbaikinya. Sekalipun anda sudah mengatakan maksimal, pasti ada hal yang luput.
Sadarkah? Orang-orang sukses, selalu berusaha melakukan yang terbaik, mereka selalu menemukan cara untuk melakukan dengan lebih baik dan lebih baik lagi.

Ia masih berumur 4 tahun ketika Boris Becker, idola masa kecilnya, memenangkan title Wimbledon pertamanya pada tahun 1985. Sejak saat itu, ia selalu menyaksikan pertandingan tenis berjam-jam sampai usai. Di usia 6 tahun ia berhasil menjadi petenis terbaik di antara anak seumur di kotanya. Di usia semuda itu ia berlatih tiga kali seminggu. Di usia 10 tahun, ia mengambil privat tenis dilatih oleh Adolf Kacovsky. Mengamati permainannya sang pelatih langsung terkesima. Bintang tennis kecil ini selalu mengatakan akan menjadi bintang dunia, walaupun banyak orang menertawakannya. “Orang menertawakannya, termasuk saya. Saya pikir ia bisa menjadi pemain terbaik di Swiss atau di Eropa namun tidak di dunia. Namun ia sudah menyakini di kepalanya dan bekerja keras untuk mendapatkannya.” Tambah sang pelatih. Di usia 12 tahun ia memutuskan untuk focus di tennis dan di usia 14 tahun ia menjadi juara nasional di Swiss dan Wimbledon Junior. Apakah ia berhasil menjadi petenis terbaik di dunia? Pemuda ini adalah Roger Federer, pemengang rekor gelar Grand Slam tunggal putra terbanyak sepanjang sejarah dengan 15 gelar. Di usia 28 tahun, ia telah menjelma menjadi legenda hidup petenis dunia.

SAYA TIDAK PUNYA MODAL! SAYA TIDAK PUNYA UANG!

“Saya tidak mampu membiayainya!”
“Dana saya tidak mencukupi!”
“Tidak ada investor yang mau mendanai proyek saya!”

Apakah menurut anda uang adalah modal utama dalam menjalankan usaha?
Apakah semakin banyak modal yang kita miliki semkain besar keuntungan yang akan kita dapat? Pernahkah terpikir, banyak sekali potensi yang kita miliki selain uang yang juga bisa dijadikan modal? Percayakah? Dari modal yang dimiliki saat ini, sekarang juga, anda bisa membangun bisnis raksasa yang bisa mengubah nasib diri, keluarga, bahkan masa depan bangsa? Sadarkah? Banyak sekali kisah dari orang-orang yang sangat sukses secara financial, ternyata dimulai dari: modal kecil, karir rendahan, dari pinjaman, dan bahkan tanpa modal sama sekali. Berikut ini salah satu kisahnya.

Wanita ini lahir dan dibesarkan di lingkungan kraton Surakarta. Semenjak kecil ia menjalani keseharian hidup penuh dengan tradisi-tradisi ningrat. Ia juga tekun mempelajari seni meracik jamu dan perawatan kesehatan serta kecantikan tradisional jawa. Pernikahan membawa perubahan dalam hidupnya, dari putri keraton yang serba dilayani menjadi melayani, apalagi harus ikut suami bertugas sesuai penempatan. Selama waktu senggang ia mengembangkan ketrampilan mengolah jamu dan membagikannya secara gratis kepada para istri sejawat suaminya untuk membangun persahabatan. Namun lama kelamaan pesanan semakin banyak dan ia akhirnya merasa kewalahan. Pesanan ramuan buatan tangannya tak bisa dilayani lagi dengan cuma-cuma. Akhirnya ia memutuskan menjadikannya sebagai usaha. Dibantu dua orang karyawan dan mengunakan peralatan ala kadarnya, ia memanfaatkan modal Rp. 2.500 untuk membeli sekarung kencur, kunyit, dan kayu manis. Saat itu uang segitu nilainya sama dengan sepiring nasi goreng untuk sarapan di hotel mewah Jakarta. Apa yang bisa dilakukan wanita ini dengan modal Rp. 2.500? ia berhasil membangun salah satu industry jamu terbesar di Indonesia yang memproduksi tak kurang 500 merek produk kosmetik. Wanita itu adalah Mooryati Soedibyo, pendiri Mustika Ratu, yang merupakan salah satu pelapor industrilisasi jamu kecantikan tradisional yang mengkombinasikan ramuan resep tradisional dan teknologi modern.

Masih banyak lagi alasan-alasan lainnya yang dijabarkan penulis dalam buku ini beserta kisah-kisah sukses mereka yang telah berhasil menaklukan alasan-alasan tersebut. Siapapun yang membacanya seakan-akan mendapat tamparan keras agar tidak lagi mencari-cari alasan untuk bergerak atau memulai sesuatu, karena sesungguhnya kita bisa jika kita berfikir bisa. Semua alasan-alasan tersebut ternyata hanya batu yang kita jumpai ditengah perjalanan, yang harus dibuang agar kita bisa berjalan tanpa beban.



Judul: NO EXCUSE!
Penulis: Isa Alamsyah.
Penerbit: AsmaNadia Publishing House.
Cetakan pertama: Maret 2010
Tebal Buku: 320 halaman
ISBN: 978-979-19154-2-7

3 comments:

Thank you for visiting guys :) please come back anytime you can...