NO EXCUSE!
Saya percaya tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Daun yang
jatuh sudah diatur oleh Allah, apalagi keinginan yang dimiliki oleh manusia,
kenyataan yang harus dihadapi, pertemuan dengan orang-orang tertentu, perasaan
yang begitu tidak menentu, serta semangat yang turun naik. Allah selalu punya
maksud dibalik semua itu, begitulah saya memaknai kehadiran buku ini.
3 tahun yang lalu, buku ini hadir dalam kehidupan saya tanpa
rencana, namun justru isinya merupakan kata-kata yang ingin saya dengar. Ia
datang disaat yang tepat, disaat saya butuh penguat untuk memantapkan tekad dan
bergerak lebih cepat.
Buku ini mengupas tentang alasan-alasan yang sering digunakan banyak orang. “Alasan” Sebuah kata yang sering kali menjadi factor pemicu terbanyak gagalnya seseorang dalam meraih banyak hal. Penulis memaparkannya secara apik beragam alasan yang sudah sering kita dengar tersebut, dan bisa hinggap pada diri siapa saja, begitu pun mereka orang-orang yang sekarang ini sudah berada ditangga kesuksesannya. Hanya saja bedanya, mereka memilih untuk mengabaikannya, mereka memilih untuk menaklukannya. Semoga kita termasuk orang-orang yang akan menyusul jejak mereka. Aamiin…
SAYA TIDAK BISA! SAYA TIDAK BERBAKAT!
Pernahkan anda menolak
suatu peluang, membuang sebuah kesempatan, melepas karir, mengabaikan tawaran
dan menghindari rintangan dengan alasan di atas? Pernahkah terpikir, peluang
yang kita lewatkan mungkin jawaban dari doa kita selama ini, mungkin itu jalan
menuju masa depan yang lebih baik. Sadarkah?
“Saya ini wartawan, mana bisa memandu talk show!” ucapnya,
saat ia pertama kali ditawarkan untuk memandu talk show. Ia ragu dan tidak
yakin akan kemampuan dirinya walaupun akhirnya ia mau terlibat dalam talk show
bersama host lainnya. Karirnya tidak mulus, banyak hambatan yang harus
dilaluinya. Pada tayangan perdana talk shownya, tidak ada penonton di studio,
akhirnya ia harus turun ke jalan menawarkan donat dan keramahan agar ada yang
mau masuk menjadi penonton, bahkan orang yang diundangnya sebagai pembicara pun
berkali-kali tidak mengubris kiriman surat dan bunganya. Apakah ini kisah host
talk show yang tidak berbakat? Ini adalah kisah Oprah Winfrey yang kini dikenal
sebagai ratu talk show dunia.
Ketika pertama kali ia diminta redaktur majalah islam untuk
menulis cerpen, wanita ini ragu dan mengatakan: “ saya tidak yakin bisa menulis,
saya tidak yakin berbakat menulis!” Rasa rendah diri itu berawal saat cerpen
pertamanya mendapat komentar yang cukup pedas dari seorang senior yang
dihormatinya, “cerpennya picisan, ga istimewa!” begitu komentar yang ia terima.
Beruntungnya ia punya seorang kakak yang selalu mendorong dan mendukungnya
untuk menulis. Bahkan ketika ada penerbit yang pertama kali tertarik membukukan
karyanya, ia sempat ragu, “apa bisa laku terjual?” Apakah ini kisah penulis
yang tidak berbakat? Dia adalah Asma Nadia, salah satu penulis best seller
Indonesia yang paling produktif saat ini.
SAYA TIDAK MAU! SAYA
TIDAK BERMINAT!
Kata-kata “Saya tidak
berminat di bidang ini.”
“Saya tidak suka
bisnis beginian.”
“Profesi ini bukan
cita-cita saya.”
“Saya tidak pernah memimpikan
pekerjaan seperti ini.”
“Pekerjaan seperti itu
tidak menarik buat saya.”
Pernahkah mengunakan
alasan-alasan di atas?
Apakah kesuksesan
suatu bisnis atau pekerjaan tergantung pada seberapa kita berminat pada hal
tersebut? Apakah menurut anda, semakin berminat kita pada suatu hal maka akan
membuat kita semakin sukses? Sebaliknya, apakah jika kita tidak berminat pada
satu hal, maka tidak akan mencapai sukses? Bagaimana jika dari bidang yang
tidak diminati tersebut, dari bidang yang dibenci tersebut, justru terbuka
peluang yang besar dan masa depan yang sangat menjanjikan? Terpikirkah, mungkin
kita justru hebat di bidang yang tidak kita minati itu?
Kisah berikut bisa
menjadi contoh konkretnya.
Kecelakaan membuat
masa depannya di sepak bola hancur. Mobil yang dikendarainya kehilangan
control, terguling, dan akibatnya ia menderita sakit parah selama 3 tahun. Dokter
bahkan sempat memperkirakan ia akan lumpuh. Ia tidak mungkin meneruskan
ambisinya menjadi pemain professional. Selama di rumah sakit, ia dipinjami
gitar oleh perawat agar bisa bernyanyi melupakan kepiluannya. Gitar juga
bermanfaat sebagai terapi untuk melatih tangan-tangannya. Selama 3 tahun ia
ditemani gitar untuk pemulihan kesehatan dan emosinya. Akhirnya Ia sembuh dan
terhindar dari kelumpuhan, namun sepak bola tetap merupakan kegiatan yang
terlarang baginya. Apakah masa depannya hancur karena tidak mungkin lagi
melakukan hal yang sangat dia cintai? Pemuda itu adalah Julio Iglesias De la
Cueva, dikenal sebagai salah satu legenda hidup pelantun lagu romatis paling
terkenal di dunia. Ia telah menghasilkan 77 album, diantaranya dilantunkan
dalam 14 bahasa yang berbeda, dan sudah menjual lebih dari 300 juta kopi.
SAYA TIDAK COCOK! INI BUKAN SAYA!
“Ini tidak sesuai dengan
karakter saya!”
“Bisnis seperti ini
tidak sesuai dengan sifat saya!”
“Saya berminat, tapi
tidak cocok!”
“Ini bukan pekerjaan
yang tepat buat saya!”
“Enggak gue banget!”
Pernahkan anda,
menjadikan ketidakcocokan terhadap suatu pekerjaan sebagai “excuse” atau
“alasan” atas kegagalan atau kekalahan yang dialami?
Apakah anda percaya,
kecocokan bidang kerja dengan karkater akan menentukan sukses seseorang? Apakah
anda menganggap jika karakter orang tidak cocok, atau jika tidak berminat pada
bidang tertentu maka tidak akan sukses?
Jika ada pekerjaan
halal untuk kita, dan sangat menguntungkan, apakah akan diabaikan?
Apakah bijak menjadikan kecocokan terhadap suatu pekerjaan sebagai pertimbangan
utama dalam melakukan pekerjaan?
Percayakah? Anda bisa
sangat hebat pada bidang yang dianggap tidak sesuai karakter, atau sebaliknya
bisa jadi sangat buruk pada bidang yang dianggap sangat sesuai dengan karakter
anda. Sadarkah? Banyak sekali kisah sukses dari orang-orang yang sangat sukses
di bidangnya ternyata dimulai dari karakter diri yang berbeda jauh atau bahkan
berkebalikan dari tuntutan pekerjaan.
Kisah berikut bisa
menjadi cermin kita:
Ia sama sekali bukan
anak popular ketika kecil dan remaja. Tidak popular dikalangan teman-teman
maupun di mata para guru. Jauh dari kesan bintang. Simak pernyataanya tentang
masa lalunya, “I was a geek, a spaz. I
was horribly, painfully, terribly shy. Lalu pekerjaan apa
yang cocok untuk anak pemalu yang tidak popular dan jauh dari sifat kebintangan
ini? Ternyata dia mencoba ber-acting! Wah. Beranjak remaja ia mulai mencoba
kelas acting, akan tetapi itu bukan sesuatu yang membanggakannya. “Acting
classes looked like the best place for a guy who liked to make a lot of noise
and be rather flamboyant. I spent a lot of time going to plays. I wouldn’t take
dates with me.” Anak pemalu, mencoba
karir di bidang seni peran di teater dan dia tidak yakin cocok dengan dunia
tersebut. Apakah pemuda ini punya masa depan di dunia pertunjukan?
Pemuda itu adalah
Thomas Jeffrey Hanks atau Tom Hanks yang dikenal sebagai salah satu actor
sukses Hollywood dan juga diakui sebagai produser, sutradara, pengisi suara,
penulis dan pembicara.
SAYA SUDAH BERUSAHA SEMAKSIMAL MUNGKIN!
“Saya sudah berusaha!”
“Saya sudah melaukan
apa yang saya bisa!”
“Saya sudah bekerja
keras!”
“Itu sudah yang
terbaik yang bisa saya lakukan!”
“Saya sudah
mengerjakan sebaik mungkin!”
Pernahkah anda,
menjadikan hal-hal eksternal sebagai “excuse” atau “alasan” atas kegagalan atau
kekalahan yang dialami karena menganggap apa yang anda lakukan sudah yang
terbaik?
Apakah anda percaya,
yang sudah dilakukan adalah yang terbaik, sehingga tidak ada celah lagi untuk
upaya yang lebih baik. Apakah yakin yang anda lakukan sudah semaksimal mungkin,
sehingga tidak mungkin ditingkatkan.
Percayakah? Sekalipun anda
sudah melakukan yang terbaik, pasti ada celah untuk memperbaikinya. Sekalipun
anda sudah mengatakan maksimal, pasti ada hal yang luput.
Sadarkah? Orang-orang
sukses, selalu berusaha melakukan yang terbaik, mereka selalu menemukan cara
untuk melakukan dengan lebih baik dan lebih baik lagi.
Ia masih berumur 4
tahun ketika Boris Becker, idola masa kecilnya, memenangkan title Wimbledon
pertamanya pada tahun 1985. Sejak saat itu, ia selalu menyaksikan pertandingan
tenis berjam-jam sampai usai. Di usia 6 tahun ia berhasil menjadi petenis
terbaik di antara anak seumur di kotanya. Di usia semuda itu ia berlatih tiga
kali seminggu. Di usia 10 tahun, ia mengambil privat tenis dilatih oleh Adolf
Kacovsky. Mengamati permainannya sang pelatih langsung terkesima. Bintang
tennis kecil ini selalu mengatakan akan menjadi bintang dunia, walaupun banyak
orang menertawakannya. “Orang menertawakannya, termasuk saya. Saya pikir ia
bisa menjadi pemain terbaik di Swiss atau di Eropa namun tidak di dunia. Namun
ia sudah menyakini di kepalanya dan bekerja keras untuk mendapatkannya.” Tambah
sang pelatih. Di usia 12 tahun ia memutuskan untuk focus di tennis dan di usia
14 tahun ia menjadi juara nasional di Swiss dan Wimbledon Junior. Apakah ia
berhasil menjadi petenis terbaik di dunia? Pemuda ini adalah Roger Federer,
pemengang rekor gelar Grand Slam tunggal putra terbanyak sepanjang sejarah
dengan 15 gelar. Di usia 28 tahun, ia telah menjelma menjadi legenda hidup
petenis dunia.
SAYA TIDAK PUNYA MODAL! SAYA TIDAK PUNYA UANG!
“Saya tidak mampu
membiayainya!”
“Dana saya tidak
mencukupi!”
“Tidak ada investor
yang mau mendanai proyek saya!”
Apakah menurut anda
uang adalah modal utama dalam menjalankan usaha?
Apakah semakin banyak
modal yang kita miliki semkain besar keuntungan yang akan kita dapat? Pernahkah
terpikir, banyak sekali potensi yang kita miliki selain uang yang juga bisa
dijadikan modal? Percayakah? Dari modal yang dimiliki saat ini, sekarang juga,
anda bisa membangun bisnis raksasa yang bisa mengubah nasib diri, keluarga,
bahkan masa depan bangsa? Sadarkah? Banyak sekali kisah dari orang-orang yang
sangat sukses secara financial, ternyata dimulai dari: modal kecil, karir
rendahan, dari pinjaman, dan bahkan tanpa modal sama sekali. Berikut ini salah
satu kisahnya.
Wanita ini lahir dan
dibesarkan di lingkungan kraton Surakarta. Semenjak kecil ia menjalani
keseharian hidup penuh dengan tradisi-tradisi ningrat. Ia juga tekun
mempelajari seni meracik jamu dan perawatan kesehatan serta kecantikan
tradisional jawa. Pernikahan membawa perubahan dalam hidupnya, dari putri keraton yang serba dilayani menjadi melayani, apalagi harus ikut suami bertugas
sesuai penempatan. Selama waktu senggang ia mengembangkan ketrampilan mengolah
jamu dan membagikannya secara gratis kepada para istri sejawat suaminya untuk
membangun persahabatan. Namun lama kelamaan pesanan semakin banyak dan ia
akhirnya merasa kewalahan. Pesanan ramuan buatan tangannya tak bisa dilayani lagi
dengan cuma-cuma. Akhirnya ia memutuskan menjadikannya sebagai usaha. Dibantu dua
orang karyawan dan mengunakan peralatan ala kadarnya, ia memanfaatkan modal Rp.
2.500 untuk membeli sekarung kencur, kunyit, dan kayu manis. Saat itu uang
segitu nilainya sama dengan sepiring nasi goreng untuk sarapan di hotel mewah
Jakarta. Apa yang bisa dilakukan wanita ini dengan modal Rp. 2.500? ia berhasil
membangun salah satu industry jamu terbesar di Indonesia yang memproduksi tak
kurang 500 merek produk kosmetik. Wanita itu adalah Mooryati Soedibyo, pendiri Mustika
Ratu, yang merupakan salah satu pelapor industrilisasi jamu kecantikan
tradisional yang mengkombinasikan ramuan resep tradisional dan teknologi
modern.
Masih banyak lagi alasan-alasan
lainnya yang dijabarkan penulis dalam buku ini beserta kisah-kisah sukses mereka
yang telah berhasil menaklukan alasan-alasan tersebut. Siapapun yang membacanya
seakan-akan mendapat tamparan keras agar tidak lagi mencari-cari alasan untuk
bergerak atau memulai sesuatu, karena sesungguhnya kita bisa jika kita berfikir
bisa. Semua alasan-alasan tersebut ternyata hanya batu yang kita jumpai ditengah perjalanan, yang harus dibuang agar kita bisa berjalan tanpa beban.
Judul: NO
EXCUSE!
Penulis:
Isa Alamsyah.
Penerbit:
AsmaNadia Publishing House.
Cetakan
pertama: Maret 2010
Tebal Buku:
320 halaman
ISBN:
978-979-19154-2-7
I want to read the book... can i borrow? :)
ReplyDeleteAha...sure, you can... :)
Deletewow...resensinya panjaaang. keren euy bisa menulis sepanjang ini
ReplyDelete