Wednesday 12 February 2014

7 Buku Yang Menginspirasi

Setiap buku sebenarnya memiliki nilai inspirasi tersendiri, namun memilih tujuh diantaranya, agak sulit, namun berikut ini buku-buku yang menginspirasi bagi saya:

1. Serial Cinta by Anis Matta


Setiap kita perlu cinta. Namun tidak semua kita bisa mendefinisikan dengan utuh bagaimana cinta harus dihidupkan, lalu difungsikan. Buku ini merupakan penjabaran seri demi seri, tema demi tema tentang tiga karakter besar cinta: dari mana sumber energinya, bagaimana proses pengelolaannya, dan seperti apa hasilnya dalam berbagai obyek.

Saya tidak begitu ingat berapa kali sudah buku ini saya baca, yang jelas lebih dari 3 kali. Dengan pendalaman filosofis yang kuat, buku ini menghadirkan tema cinta dengan perspekatif yang lebih utuh, terhormat, dan kuat. Begitu juga pembahasan prosesnya yang komprehensif. Ia menyentuh banyak dimensi. Dari mulai cinta kepada Allah yang mengalahkan segala cinta, cinta kepada Rasulullah, cinta pasangan, serasa dan serasi, hingga bagaimana menimbang kisah tentang orang-orang yang putus cinta dan membawa cinta mereka sampai mati. Semuanya dikupas dalam argumentasi yang kuat dan landasan histori yang dapat dipercaya.

Anis matta mampu membuat saya menikmati setiap kata, kalimat demi kalimat, serta paragraf demi paragraf dalam setiap tema. Bahasanya hidup, kuat, menusuk, dan sekaligus menyentuh. Lihatlah bagaimana ia betutur tentang tema cinta tanpa definisi:
“Seperti angin membadai. Kau tak melihatnya. Kau merasakannya. Merasakan kerjanya saat ia memindahkan gunung pasir di tengah gurun. Atau merangsang amuk gelombang di laut lepas. Atau meluluhlantakkan bangunan-bangunan angkuh di pusat kota metropolitan. Begitulah cinta. Ia ditakdirkan jadi kata tanpa benda. Tak terlihat. Hanya terasa. Namun dasyat. Seperti banjir menderas. Kau tak kuasa mencegahnya. Kau hanya bisa ternganga ketika ia meluapi sungai-sungai, menjamah seluruh permukaan bumi, menyeret semua benda angkuh yang bertahan di hadapannya. Dalam sekejap ia menguasai bumi dan merengkuhnya dalam kelembutannya. Setelah itu ia kembali tenang; seperti seekor harimau kenyang yang terlelap tenang. Demikianlah cinta. Ia ditakdirkan jadi makna paling santun yang menyimpan kekuasaan besar.”

Cinta adalah kata lain dari memberi… Sebab memberi adalah pekerjaan… Sebab pekerjaan cinta dalam siklus memperhatikan, menumbuhkan, merawat dan melindungi itu berat… Sebab pekerjaan berat itu harus ditunaikan dalam jangka waktu yang lama… Sebab pekerjaan berat dalam waktu yang begitu lama itu hanya mampu dilakukan oleh mereka yang memiliki kepribadian yang kuat dan tangguh… Maka setiap orang hendaklah berhati-hati saat ia mengatakan, “Aku mencintaimu.” Kepada siapapun!

Cinta adalah pekerjaan jiwa, pikiran, dan sekaligus fisik. Itu yang membuatnyanya nyata dan efektif. Di tangan Rasulullah saw Aisyah bukan hanya seorang istri. Rasulullah saw telah menumbuhkannya menjadi bintang sejarah. Suatu saat Ali Tanthawi mengatakan: “istriku yang hanya tamatan SD ternyata lebih intelek daripada mahasiswi-mahasiswiku yang sudah hampir sarjana.” Beliau mengatakan itu setelah melewati 10 tahun masa perkawinannya. Ini luar biasa, bukan?

Para pecinta sejati tidak suka berjanji. Namun begitu mereka memutuskan mencintai seseorang, mereka segera membuat rencana memberi. Mereka bekerja dalam diam dan sunyi untuk mewujudkan rencana-rencananya. Setiap satu rencana memberi terealisasi, maka satu bibit cinta muncul bersemi di hati orang yang dicintai. Janji menerbitkan harapan. Namun pemberian melahirkan kepercayaan. Bukan hanya itu. Rencana memberi yang terus terealisasi menciptakan ketergantungan. Seperti pohon tergantung dari siraman air dan cahaya matahari. Itu ketergantungan produktif. Ketergantungan yang menghidupkan.  Di garis hakikat ini, cinta adalah cerita tentang seni menghidupkan hidup.

Cinta mampu membuat kita bertahan memikul beban hidup, melintasi aral kehidupan, dan melampaui gelombang peristiwa. Mary Carolyn Davies dalam puisinya mengungkapnya dengan manis;
Ada sebuah tembok yang kuat. 
Disekelilingku yang melindungiku.
Dibangun dari kata-kata yang kau ucapkan padaku.


2. Filosofi Kopy by Dee
Jika ada yang memikat pada Dee adalah cara dia bertutur: ia peka pada ritme kalimat. Kalimatnya berhenti atau terus tidak hanya karena isinya selesai atau belum, tapi karena pada momen yang tepat ia menyentuh, mengejutkan, membuat kita senyum, atau mempesona. Kepekaan pada ritme itulah yang menyebabkan sebuah tulisan berarti, bukan sederet pesan di bungkus rokok Dji Sam Soe, bukan pula sepotong tesis doktorat. Begitulah tutur Goenawan Mohamad tentang Dee, dan saya sependapat.

Hampir semua karya Dee telah saya baca, kecuali satu Recto Verso, belum sempat beli hehehe… Sebagai salah satu penggemar karyanya, ada beberapa buku Dee yang cukup berkesan bagi saya, seperti; partikel, madre, parahu kertas, dan filosofi kopi. Kalau harus memilih salah satu dari buku-buku tersebut, maka pilihan saya jatuh pada Filosofi Kopi. Buku ini terdiri dari cerita seri plus puisi yang indah. Namun yang paling berkesan bagi saya adalah cerita tentang filosofi kopi. Sebenarnya kisahnya sederhana, bercerita tentang Ben yang tergila-gila dengan kopi, bahkan telah menjelajah dunia untuk menemukan kopi terenak sekaligus terbaik. Namun cara Dee bertutur yang membuat buku ini menjadi istimewa, mulai dari persahabatan Ben dan Jody sebagai partner kedai koffe, sampai kepada proses pembuatan kopi sehingga tercipta kopi “Ben’s Perfecto” yang paling enak menurutnya, dan mempunyai makna Sukses adalah wujud kesempurnaan. Hingga akhirnya Ben terusik dengan celoteh dari seorang pengunjung yang mengatakan kopinya biasa saja, masih ada kopi lain yang lebih enak dari Ben’s Perfecto. Sebuah pernyataan yang membuat Ben pusing bukan kepalang sehingga memutuskan kedai coffe ditutup hanya untuk mencari kopi yang dimaksud.

Dee mampu memberi warna lain dari proses pencarian Ben akan kopi terenak, sebuah nilai kehidupan yang membuat Ben dan readernya sadar bahwa kesempurnaan itu memang palsu. Kopi adalah kopi, dan setiap kopi punya filosofinya tersendiri. Bagi saya pribadi, cerita ini telah mengubah paradigma saya tentang kopi, dan membuat saya melakukan hal yang baru dalam hidup, yakni minum kopi. Dee mampu membuat saya menyukai kopi. :)

3. Ranah 3 Warna by Ahmad Fuadi
Ada banyak novel yang cukup memberi pengaruh bagi saya. Dan memang penulisnya rata-rata laki-laki. Mulai dari Andrea Hirata dengan novelnya; Laskar Pelangi, Sang Pemimpi dan Endensor. Dave plazer dengan novelnya a man nemed a Dave. Iwan setiawan dengan 9 autumns 10 summers. Tere Liye dengan Bidadari-bidadari surga, Sunset bersama Rosie, dan hafalan shalat Delisa. Ahmad Fuadi dengan Negeri 5 Menara, Ranah 3 warna dan Rantau 1 Muara-nya, dan Paulo Coelho dengan The Alchemist. Semuanya memiliki ciri khas tersendiri bagi saya. Namun diantara semua itu yang paling memberi kesan dan pengaruh mendalam adalah karya Ahmad Fuadi, Ranah 3 warna.

Di dalam novel pertamanya Ahmad Fuadi memberi jurus “man jadda wajada” (Barang siapa bersungguh-sungguh, maka akan berhasil) yang ternyata dalam hidup jurus itu saja tidak cukup, sehingga diperlukan jurus yang kedua yakni “man shabara zhafira” (Barang siapa yang bersabar, maka akan beruntung). Disinilah point yang saya suka, karena dalam perjalanan hidup siapapun, sabar merupakan kunci yang paling utama untuk meraih apapun. Karenanya mempelajari proses kesabaran seseorang hingga ia berada di puncak harapan itu ‘sesuatu’ bagi saya. Mengikuti jejak perjuangannya, tantangan yang dihadapinya, bisa menjadi cermin bagaimana kita mengelola kesabaran diri. Memang di novelnya yang ketiga masih ada satu jurus lagi, “man saara ala darbi washala” (Siapa yang berjalan di jalannya akan sampai di tujuan). Namun menurut saya tanpa point yang kedua (man shabra zhafira), mustahil meraih point ketiga (man man saara ala darbi washala ). Point kedua tersebutlah yang menjadi penentu sebuah mimpi berbuah nyata atau hanya sekedar angan belaka. Hal inilah yang membuat ranah 3 warna istimewa bagi saya. Memang novel lainnya juga bercerita tentang proses pencarian dan kesabaran dalam berjuang, namun filosofi mantra dari pondok Madani itu yang menjadikan karya Ahmad Fuadi menjadi berbeda.

Novel ini mengupas dengan dalam bagaimana perjalanan seorang Alif dalam meraih impiannya, bagaimana persaingannya dengan Randai dalam berbagai hal, dan bagaimana ia berjuang untuk menyelesaikan study sambil memikul tanggung jawab sebagai kepala keluarga ketika sang ayah pergi menghadap ilahi. Mantra yang didapatnya dari pondok Madani-lah yang menjadi bekalnya melewati setiap tantangan demi tantangan.

4. 99 Cahaya di langit Eropa by Hanum Salsabiela Rais.

Buku ini adalah catatan perjalanan atas sebuah pencarian. Dan sejatinya begitulah sebuah perjalanan, ia bukan hanya sebuah moment untuk merekam jejak di sebuah tempat baru, namun juga untuk menemukan mutiara ilmu yang hilang, serta bagaimana seharusnya berperan kemudian.

Mengutip kata-kata George Santayana: “Those who don’t learn from history are doomed to repeat it” Barang siapa melupakan sejarah, ia pasti akan mengulanginya. Banyak diantara umat islam kini yang tidak lagi mengenali sejarah kebesaran Islam pada masa lalu. Tidak banyak yang tahu bahwa luas teritori kekhalifahan umayyah hampir 2 kali lebih besar daripada wilayah Kekasiaran Roma di bawah Julius Caesar. Tidak banyak yang tahu pula bahwa peradaban Islam-lah yang memperkenalkan Eropa pada Aristoteles, Plato, dan Socrates, serta akhirnya meniupkan angin renaissance bagi kemajuan Eropa saat ini. Cordoba, ibu kota kekhalifahan Islam di Spanyol, pernah menjadi pusat peradaban pengetahuan dunia, yang membuat Paris dan London beriri hati.” Saya sangat suka ungkapan prolog dalam 99 cahaya itu. Memiliki makna tersirat yang kuat. Mengajak kita kembali bercermin betapa sejarah telah memberi banyak pelajaran, tinggal bagaimana kita hari ini berperan, agar kejayaan itu kembali kita genggam, dan kesalahan di masa lalu tak lagi kita ulang.

99 Cahaya di Langit Eropa merupakan karya yang luar biasa, terlepas dari adanya pendapat sebagian kecil orang yang memandang sinis terhadap orang-orang yang mengandrungi Eropa. Saya mengganggap sikap itu hanyalah rasa iri dari mereka yang belum pernah menginjakkan kakinya di benua biru ini, dan belum mampu menciptakan karya seperti halnya 99 cahaya.

Well, back to story. Hanum menceritakan secara detail pengalaman hidupnya selama 3 tahun di Wina dengan apik, ada nilai penting yang menonjol dalam setiap peristiwa. Jika catatan buku perjalanan lainnya hanya berbicara tentang indahnya panorama dan tempat-tempat terkenal di setiap sudut kota di Eropa, maka hanum menyentuh sisi yang berbeda. Sisi seorang Muslim yang sedang mencoba menemukan jati dirinya, di sebuah benua dimana Islam di sana pernah berjaya ribuan tahun silam. Dimana sebuah kebenaran tersekat oleh dogma, dan tersimpan rapat dalam setiap ukiran bangunan megah nan mempesona. Sungguh sebuah perjalanan spiritual yang mengesankan. Hanum tidak hanya membawa kita jalan-jalan sambil belajar sejarah, namun ia juga memberi sebuah pesan, jadilah agent Islam yang baik dimanapun berada.

5. 7 Keajaiban Rezeki by Ippho Santosa



Awalnya saya hanya sekedar ingin ikut saja seminar Ippho yang diselenggarakan di Banda Aceh beberapa tahun yang lalu. Saat itu saya memang lagi hobby ikut seminar motivasi dan entrepreneur. Namun ternyata pertemuan itu bukan hanya membuat saya mengenal sosok Ippho Santosa lebih jauh, namun juga bisa bercengkraman dengan sebuah buku “7 Keajaiban Rezeki”.

Simple dan spontan, begitulah gaya kepenulisan Ippho dalam setiap bukunya. Gaya yang spontan dengan sidikit humor dan bahasa yang ringan membuat bukunya enak dibaca oleh kalangan manapun. Hampir semua buku Ippho saya koleksi, kecuali “Marketing is bullshit” yang waktu itu stocknya habis, dan hingga kini tidak terbeli...hehehe… Ippho memang bukan satu-satunya motivator ulung, masih ada Bong Candra dan Merry Riyana. Namun begitu, Ippho istimewa bagi saya karena konsep yang ditawarkannya membawa kita mengenal gaya berbisnis Rasulullah dan para sahabat. Itu bedanya.

Melalui buku 7 keajaiban rezeki, ippho mengupas tentang tujuh keajaiban, yakni:
(1) Sidik Jari Kemenangan, setiap orang adalah unik. Setiap orang punya cara tersendiri untuk meraih kemenangan, dengan lebih cepat. Yang mana cara tersebut mungkin hanya berlaku pada dirinya, namun tidak berlaku pada orang lain. Yup, unik layaknya sidik jari. Itulah sidik jari kemenangan.

(2) Sepasang Bidadari, bagi yang belum menikah sepasang bidadari itu adalah hubungan seorang anak dengan kedua orang tuanya, dimana penting sekali disini untuk menyamakan harapan antara keduanya, karena restu Allah berhubungan dengan restu orang tua, kadang karena latar belakang pendidikan orang tua yang mungkin tidak setinggi kita, kita merasa mereka tidak perlu tahu tentang mimpi-mimpi kita, padahal bila kita mau bercerita, doa mereka adalah jalan dari segera terwujudnya mimpi tersebut. Namun kalau kita enggan, itulah mungkin yang membuat diri kita terkatung-katung, karena apa yang kita pinta kepada Allah bisa jadi berbeda dengan apa yang orang tua kita minta untuk kita. Bagi yang sudah menikah sepasang bidadari itu adalah suami istri, dimana keduanya harus saling support, jika tidak tentu rezeki akan lari dan mencari pasangan lain yang harmoni hehehe…

(3) Golongan kanan, lebih menggunakan otak kanan, kenapa? Karena matematika Tuhan itu tidak sama dengan matematika yang kita pelajari di bangku sekolahan, yang sering kita gunakan menggunakan otak kiri. Selain itu, hidup kita penuh dengan hal-hal yang tidak pasti. Jodoh, rezeki, dan maut, itu memang pasti, namun siapanya, dimananya, kapannya, berapanya dan bagimananya. Lebih banyak unsur tidak pastinya. Nah, dengan pola pikir lateral, orang yang kuat otak kanannya mampu menyikapi ketidakpastian, perubahan, dan resiko. 

(4) Simpul Perdagangan, Hermanwan Karjaya (seorang kristiani keturunan cina, pakar pemasaran kelas dunia) berkata; “Nabi Muhammad itu kan pengusaha, mestinya scih Muslim itu juga jadi pengusaha.” Sebuah sentilan yang sangat menusuk bukan? Karena memang Rasulullah seorang pengusaha, istri kesayangannya juga pengusaha, empat sahabat nabi juga para pedagang yang kaya raya, sepuluh sahabat nabi yang dijamin masuk surga hampir semuanya pedagang, Islam pun menyebar ke seantero negeri melalu perdagangan. Bahkan nabi berkata, “Berdaganglah engkau, karena Sembilan dari sepuluh pintu rezeki itu berada di perdagangan.” Inilah dia "Pareto Rezeki” dimana sebagian kecil manusia menguasai sebagian besar rezeki. Dengan kata lain, mereka tidak menguasai simpul perdagangan sebagaimana dicontohkan Rasulullah dan para sahabat. Karena itu untuk menjawab sentilan diatas, sudah seharusnya muslim menguasai simpul perdagangan.

(5) Perisai Langit, betapa kanannay sebuah keyakinan! Betapa kananya sebuah agama! Ianya tidak bisa dipahami cuma dengan otak kiri yang reallistis. Namun perlu dipahami dengan otak kanan yang imajinatif. Naggak percaya? Lihat saja. Untuk sehat, apa yang diajarkan agama? Puasa, shalat tahajud, sedekah. Sekilas tidak masuk akal, kan? Maksudnya akal kiri..hehehe…abal ibadah kita, sikap, kata dan perbuatan kita adalah perisai langit.

(6) Pembeda Abadi, Dalam Art of war, ahli perang paling legendaris Sun Tzu mengusulkan, “know yourself, know the enemy!” Pahami diri dan pahami musuh. Jadi, bukan ujung-ujung perang. Bukan nekat-nekatan. Nah, kalau usulan ini betul-betul diterapkan sebelum melaju ke medan perang, niscaya akan terjadilah seribu kali perang seribu kali menang! Sebagai seorang pemenang, manakah yang harus anda titik beratkan, kekuatan atau kelemahan? Idealnya sich dua-duanya. Kekuatan ditingkatkan, kelemahan diperbaiki. Iya kan? Ya iya! Namun kalau harus memilih satu karena sejuta keterbatasan, pilihlah untuk meningkatkan kekuatan, bukan memperbaiki kelemahan. Itulah yang akan menjadikan ada sebagai seorang pembeda abadi.

(7) Pelangi ikhtiar, pelangi ikhtiar ini dihiasi oleh tujuh bias, yaitu impian, tindakan, kecepatan, keyakinan, pembelajaran, kepercayaan, dan keikhlasan. Inilah kebiasaan-kebiasaan seorang pemenang. Andakah orangnya? Buktikan!

 6.  Sirah Nabawiyah by Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury




Sirah Nabawiyah merupakan buku yang menelaah tentang perjalanan hidup Rasulullah. Seluk beluk kehidupan Rasulullah, adalah lautan yang luas membentang, dengan kebeningan airnya yang kebiruan. Disana tersimpan pesona alami nan abadi. Tiada mata yang bosan memandang. Tiada hati yang jemu menikmati. Tiada berhenti orang yang menyelami. Karena sosok beliau, adalah pesona sepanjang masa.

Bagi saya, Sirah Nabawiyah laksana biography-nya Rasulullah, jika ditanya adakah buku biography yang sempurna? Maka jawabannya Sirah Nabawiyah. Membaca buku biografi lainnya hanya memberi satu nilai perjuangan, namun Sirah Nabawiyah mengupas jejak-jejak perjuangan Rasulullah dengan sangat komplit, bukan hanya perjuangan dengan keringat, namun juga dengan tetesan darah dan pengorbanan nyawa. Sebuah perjuangan yang ketika membacanya tidak hanya membuat pembaca meneteskan air mata, namun juga berkaca, apa yang telah saya lakukan untuk meneruskan roda perjuangan kekasih Allah itu?

Didalamnya terkandung banyak pelajaran kehidupan, ada pelajaran tentang negoisasi dari perjanjian dengan para yahudi, ada pelajaran melawan konspirasi dari mereka yang berniat membunuh nabi, ada pelajaran tentang bagaimana harus bersikap dan bertindak dari setiap perang yang terjadi, ada pelajaran diplomasi dari korespondesni dengan para raja-raja, ada pelajaran tentang strategy dari pengiriman utusan keluar negeri. Ada pelajaran bagaimana mengatur siasat perang ketika bertempur dengan kaum yahudi, ada pelajaran bagaimana berdagang dengan jujur di pasar, ada pelajaran bagaimana memakmurkan masjid, ada pelajaran bagaimana berbagi (antara kaum Ansar dan kaum Muhajirin) saat nabi hijrah dari Mekkah ke Madinah. Ada pelajaran bagaimana menghadapi para nabi palsu dan penyebar fitnah. Dan sejuta pelajaran lainnya, yang jika kita menjadikan pelajaran-pelajaran tersebut sebagai acuan kehidupan kita saat ini, maka akan kita temui bibit-bibit solusi, karena apa yang terjadi di zaman sekarang, sudah pernah terjadi di zaman dulu. Sebagaimana pernyataan George Santayana: “Those who don’t learn from history are doomed to repeat it” Barang siapa melupakan sejarah, ia pasti akan mengulanginya.

Sirah Nabawiyah merupakan nutrisi ruh saat jiwa ringkih, maka buku ini bisa menjadi salah satu obat mujarab untuk membuat jiwa kembali bersemangat, dan menyalakan energy positive.  

7. Menulis dengan Emosi by Carmel Bird




Menulislah pada saat awal dengan hati. Setelah itu, perbaiki tulisan anda dengan pikiran. Kunci pertama dalam menulis adalah bukan berfikir, melainkan mengungkapkan apa saja yang anda rasakan. Inilah buku yang mengupas seluk-beluk kepenulisan. Dalam bentuk surat-menyurat fiktif antara penulis dan editor, buku ini menyajikan berbagai nasehat praktis menulis maupun saran-saran yang membesarkan hati dan menggugah semangat menulis, dari mencari ide cerita dan berimajinasi, cara mengawali dan mengakhiri cerita, hingga mengirimkan naskah yang sudah rampung ke majalah atau penerbit.


Buku ini juga berisi quotes menulis yang cukup bagus;

“Semua bahan untuk karya sastra tidak lain dalah kehidupan masa lalu saya”(Marcel Proust) 
“Kalau soal kata, masalahnya adalah siapa yang menjadi tuan, itu saja.” (Humpty Dumpty)


“Seniman sejati adalah orang yang tidak pernah menganggap remeh apapun.” (Nabokov)


“Seorang novelis dapat melakukan apapun yang dia inginkan sepanjang ia membuat orang mempercayainya. “(Gabriel Garcia Marquez)


“Lamunan adalah dasar dari segala fiksi” (Colin Wilson)


“Begitu pikiran bekerja, tangan bergerak.” (Fay Weldon)


13 comments:

  1. wewww...bukunya kelas berat semua. yang Anis matta saya sudah baca brtahun-tahun lalu. yang lainnya, 99 cahaya di langit Eropa, itu sudah pasti dooong :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ga berat koq qi, bisa diangkat sebelah tangan :D
      Iya Anis Matta itu buku lama, namun tetap di hati hehehe...
      Wah penggemar 99 Cahaya di Langit Eropa juga nih...

      Delete
  2. mantap...keren-keren bukunya kak:D. 99 cahaya di bumi Eropa juga saya udah baca. pengen jalan2 kesana.::D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih Ghina, ayo kita jalan-jalan bareng kesana :) at least mimpi aja dulu...

      Delete
  3. wah komplit ya...... yang Anis Matta itu dulu pernah baca di Tarbawi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Apanya yang komplit Ihan? Ga ada nasi goreng komplit disini hehehe...
      Iya tulisan Anis Matta pertama baca memang di tarbawi, terus berburu bukunya, habis udah jatuh cinta sich... walau udah baca di majalah, tetap aja pingin punya bukunya juga :)

      Delete
  4. Mantrap, ada filosofi kopinya Dee. Dan blog kami pake template yang sama, artinya kami sodara setemplate, yg akan saling mendukung.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha...template kita sama ya? Satu selera berarti :) Selama untuk kebaikan dapat dukungan saya..hehehe... Kayaknya wajahnya ga asing nih. Ini bang Fadhil pertanian bukan sich?

      Delete
  5. Belum baca semua... Tapi pastinya in sha Allah jadi pengantar yang sangat bagus untuk membaca buku-buku yang pengarangnya memiliki banyak karya best seller dan populer di dunia.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seminar Mas Ippho yang di Pendopo ya, yang tanggal 17 Oktober 2010. Kalau iya, saya ikut hadir saat itu. Oh ya, salam kenal dan trims sharing buku-buku favoritnya. :)

      Delete
    2. Iya,
      insyaAllah ga nyesel deh baca itu buku... :)

      Yup, di Pendopo, cuma lupa tgl berapa, hebat bener ingatannya ingat
      sedetail itu...hehe... cm wkt itu saya ga sempat diskusi byk. Jadinya
      saya dan teman jmp esok harinya dgn Ippho di Hermes, kan beliau wkt itu
      ksh hadiah consultasi gratis krn acara dimulai telat.

      Hmm...udah pernah hadir di acara yg sama, terus sama2 join juga di Group
      PI, disana jg bilang salam kenal. Eh jumpa lagi disini, masih bilang
      salam kenal juga? Terus kapan kenalnya hahaha...

      Delete
  6. Wah filosofi kopi.. ada 99 Cahaya di langit Eropa lagi..
    Buku yang hebat!

    salut!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup, buku yang hebat! Semoga kita bisa menulis karya sehebat itu juga. Ameen...

      Makasih sudah berkunjung!

      Delete

Thank you for visiting guys :) please come back anytime you can...