7 Buku Yang Menginspirasi
Setiap buku sebenarnya memiliki nilai inspirasi tersendiri, namun memilih tujuh diantaranya, agak sulit, namun berikut ini buku-buku yang menginspirasi bagi saya:
1. Serial Cinta by Anis Matta
Cinta adalah pekerjaan jiwa, pikiran, dan sekaligus fisik. Itu yang membuatnyanya nyata dan efektif. Di tangan Rasulullah saw Aisyah bukan hanya seorang istri. Rasulullah saw telah menumbuhkannya menjadi bintang sejarah. Suatu saat Ali Tanthawi mengatakan: “istriku yang hanya tamatan SD ternyata lebih intelek daripada mahasiswi-mahasiswiku yang sudah hampir sarjana.” Beliau mengatakan itu setelah melewati 10 tahun masa perkawinannya. Ini luar biasa, bukan?
6. Sirah Nabawiyah by Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury
7. Menulis dengan Emosi by Carmel Bird
1. Serial Cinta by Anis Matta
Setiap kita perlu cinta. Namun tidak
semua kita bisa mendefinisikan dengan utuh bagaimana cinta harus dihidupkan,
lalu difungsikan. Buku ini merupakan penjabaran seri demi seri, tema demi tema
tentang tiga karakter besar cinta: dari mana sumber energinya, bagaimana proses
pengelolaannya, dan seperti apa hasilnya dalam berbagai obyek.
Saya tidak begitu ingat berapa kali
sudah buku ini saya baca, yang jelas lebih dari 3 kali. Dengan pendalaman
filosofis yang kuat, buku ini menghadirkan tema cinta dengan perspekatif yang lebih
utuh, terhormat, dan kuat. Begitu juga pembahasan prosesnya yang komprehensif.
Ia menyentuh banyak dimensi. Dari mulai cinta kepada Allah yang mengalahkan
segala cinta, cinta kepada Rasulullah, cinta pasangan, serasa dan serasi,
hingga bagaimana menimbang kisah tentang orang-orang yang putus cinta dan
membawa cinta mereka sampai mati. Semuanya dikupas dalam argumentasi yang kuat
dan landasan histori yang dapat dipercaya.
Anis matta mampu membuat saya
menikmati setiap kata, kalimat demi kalimat, serta paragraf demi paragraf dalam
setiap tema. Bahasanya hidup, kuat, menusuk, dan sekaligus menyentuh. Lihatlah
bagaimana ia betutur tentang tema cinta tanpa definisi:
“Seperti angin membadai. Kau tak
melihatnya. Kau merasakannya. Merasakan kerjanya saat ia memindahkan gunung
pasir di tengah gurun. Atau merangsang amuk gelombang di laut lepas. Atau
meluluhlantakkan bangunan-bangunan angkuh di pusat kota metropolitan. Begitulah
cinta. Ia ditakdirkan jadi kata tanpa benda. Tak terlihat. Hanya terasa. Namun
dasyat. Seperti banjir menderas. Kau tak kuasa mencegahnya. Kau hanya bisa ternganga
ketika ia meluapi sungai-sungai, menjamah seluruh permukaan bumi, menyeret
semua benda angkuh yang bertahan di hadapannya. Dalam sekejap ia menguasai bumi
dan merengkuhnya dalam kelembutannya. Setelah itu ia kembali tenang; seperti
seekor harimau kenyang yang terlelap tenang. Demikianlah cinta. Ia ditakdirkan
jadi makna paling santun yang menyimpan kekuasaan besar.”
Cinta adalah kata lain dari memberi…
Sebab memberi adalah pekerjaan… Sebab pekerjaan cinta dalam siklus
memperhatikan, menumbuhkan, merawat dan melindungi itu berat… Sebab pekerjaan
berat itu harus ditunaikan dalam jangka waktu yang lama… Sebab pekerjaan berat
dalam waktu yang begitu lama itu hanya mampu dilakukan oleh mereka yang
memiliki kepribadian yang kuat dan tangguh… Maka setiap orang hendaklah
berhati-hati saat ia mengatakan, “Aku mencintaimu.” Kepada siapapun!
Cinta adalah pekerjaan jiwa, pikiran, dan sekaligus fisik. Itu yang membuatnyanya nyata dan efektif. Di tangan Rasulullah saw Aisyah bukan hanya seorang istri. Rasulullah saw telah menumbuhkannya menjadi bintang sejarah. Suatu saat Ali Tanthawi mengatakan: “istriku yang hanya tamatan SD ternyata lebih intelek daripada mahasiswi-mahasiswiku yang sudah hampir sarjana.” Beliau mengatakan itu setelah melewati 10 tahun masa perkawinannya. Ini luar biasa, bukan?
Para pecinta sejati tidak suka
berjanji. Namun begitu mereka memutuskan mencintai seseorang, mereka segera
membuat rencana memberi. Mereka bekerja dalam diam dan sunyi untuk mewujudkan
rencana-rencananya. Setiap satu rencana memberi terealisasi, maka satu bibit
cinta muncul bersemi di hati orang yang dicintai. Janji menerbitkan harapan.
Namun pemberian melahirkan kepercayaan. Bukan hanya itu. Rencana memberi yang
terus terealisasi menciptakan ketergantungan. Seperti pohon tergantung dari
siraman air dan cahaya matahari. Itu ketergantungan produktif. Ketergantungan
yang menghidupkan. Di garis hakikat ini,
cinta adalah cerita tentang seni menghidupkan hidup.
Cinta mampu membuat kita bertahan
memikul beban hidup, melintasi aral kehidupan, dan melampaui gelombang
peristiwa. Mary Carolyn Davies dalam puisinya mengungkapnya dengan manis;
Ada sebuah tembok yang kuat.
Disekelilingku yang melindungiku.
Dibangun dari kata-kata yang kau ucapkan padaku.
Jika ada yang memikat pada Dee adalah
cara dia bertutur: ia peka pada ritme kalimat. Kalimatnya berhenti atau terus
tidak hanya karena isinya selesai atau belum, tapi karena pada momen yang tepat
ia menyentuh, mengejutkan, membuat kita senyum, atau mempesona. Kepekaan pada
ritme itulah yang menyebabkan sebuah tulisan berarti, bukan sederet pesan di
bungkus rokok Dji Sam Soe, bukan pula sepotong tesis doktorat. Begitulah tutur
Goenawan Mohamad tentang Dee, dan saya sependapat.
Hampir semua karya Dee telah saya
baca, kecuali satu Recto Verso, belum sempat beli hehehe… Sebagai salah satu
penggemar karyanya, ada beberapa buku Dee yang cukup berkesan bagi saya,
seperti; partikel, madre, parahu kertas, dan filosofi kopi. Kalau harus memilih
salah satu dari buku-buku tersebut, maka pilihan saya jatuh pada Filosofi Kopi.
Buku ini terdiri dari cerita seri plus puisi yang indah. Namun yang paling
berkesan bagi saya adalah cerita tentang filosofi kopi. Sebenarnya kisahnya
sederhana, bercerita tentang Ben yang tergila-gila dengan kopi, bahkan telah
menjelajah dunia untuk menemukan kopi terenak sekaligus terbaik. Namun cara Dee
bertutur yang membuat buku ini menjadi istimewa, mulai dari persahabatan Ben
dan Jody sebagai partner kedai koffe, sampai kepada proses pembuatan kopi
sehingga tercipta kopi “Ben’s Perfecto” yang paling enak menurutnya, dan
mempunyai makna Sukses adalah wujud kesempurnaan. Hingga akhirnya Ben terusik
dengan celoteh dari seorang pengunjung yang mengatakan kopinya biasa saja,
masih ada kopi lain yang lebih enak dari Ben’s Perfecto. Sebuah pernyataan yang
membuat Ben pusing bukan kepalang sehingga memutuskan kedai coffe ditutup hanya
untuk mencari kopi yang dimaksud.
Dee mampu memberi warna lain dari
proses pencarian Ben akan kopi terenak, sebuah nilai kehidupan yang membuat Ben
dan readernya sadar bahwa kesempurnaan itu memang palsu. Kopi adalah kopi, dan
setiap kopi punya filosofinya tersendiri. Bagi saya pribadi, cerita ini telah
mengubah paradigma saya tentang kopi, dan membuat saya melakukan hal yang baru
dalam hidup, yakni minum kopi. Dee mampu membuat saya menyukai kopi. :)
3. Ranah 3 Warna by Ahmad Fuadi
Ada banyak novel yang cukup memberi pengaruh
bagi saya. Dan memang penulisnya rata-rata laki-laki. Mulai dari Andrea Hirata
dengan novelnya; Laskar Pelangi, Sang Pemimpi dan Endensor. Dave plazer dengan
novelnya a man nemed a Dave. Iwan setiawan dengan 9 autumns 10 summers. Tere
Liye dengan Bidadari-bidadari surga, Sunset bersama Rosie, dan hafalan shalat
Delisa. Ahmad Fuadi dengan Negeri 5 Menara, Ranah 3 warna dan Rantau 1 Muara-nya,
dan Paulo Coelho dengan The Alchemist. Semuanya memiliki ciri khas tersendiri
bagi saya. Namun diantara semua itu yang paling memberi kesan dan pengaruh mendalam
adalah karya Ahmad Fuadi, Ranah 3 warna.
Di dalam novel pertamanya Ahmad Fuadi
memberi jurus “man jadda wajada” (Barang siapa bersungguh-sungguh, maka akan
berhasil) yang ternyata dalam hidup jurus itu saja tidak cukup, sehingga
diperlukan jurus yang kedua yakni “man shabara zhafira” (Barang siapa yang bersabar,
maka akan beruntung). Disinilah point yang saya suka, karena dalam perjalanan
hidup siapapun, sabar merupakan kunci yang paling utama untuk meraih apapun. Karenanya
mempelajari proses kesabaran seseorang hingga ia berada di puncak harapan itu
‘sesuatu’ bagi saya. Mengikuti jejak perjuangannya, tantangan yang dihadapinya,
bisa menjadi cermin bagaimana kita mengelola kesabaran diri. Memang di novelnya
yang ketiga masih ada satu jurus lagi, “man saara ala darbi washala” (Siapa
yang berjalan di jalannya akan sampai di tujuan). Namun menurut saya tanpa
point yang kedua (man shabra zhafira), mustahil meraih point ketiga (man man
saara ala darbi washala ). Point kedua tersebutlah yang menjadi penentu sebuah
mimpi berbuah nyata atau hanya sekedar angan belaka. Hal inilah yang membuat
ranah 3 warna istimewa bagi saya. Memang novel lainnya juga bercerita tentang
proses pencarian dan kesabaran dalam berjuang, namun filosofi mantra dari pondok
Madani itu yang menjadikan karya Ahmad Fuadi menjadi berbeda.
Novel ini mengupas dengan dalam bagaimana
perjalanan seorang Alif dalam meraih impiannya, bagaimana persaingannya dengan
Randai dalam berbagai hal, dan bagaimana ia berjuang untuk menyelesaikan study sambil
memikul tanggung jawab sebagai kepala keluarga ketika sang ayah pergi menghadap
ilahi. Mantra yang didapatnya dari pondok Madani-lah yang menjadi bekalnya
melewati setiap tantangan demi tantangan.
4. 99 Cahaya di langit Eropa by Hanum Salsabiela Rais.
Buku ini adalah catatan perjalanan
atas sebuah pencarian. Dan sejatinya begitulah sebuah perjalanan, ia bukan
hanya sebuah moment untuk merekam jejak di sebuah tempat baru, namun juga untuk
menemukan mutiara ilmu yang hilang, serta bagaimana seharusnya berperan
kemudian.
Mengutip kata-kata George Santayana:
“Those who don’t learn from history are doomed to repeat it” Barang siapa melupakan
sejarah, ia pasti akan mengulanginya. Banyak diantara umat islam kini yang
tidak lagi mengenali sejarah kebesaran Islam pada masa lalu. Tidak banyak yang
tahu bahwa luas teritori kekhalifahan umayyah hampir 2 kali lebih besar
daripada wilayah Kekasiaran Roma di bawah Julius Caesar. Tidak banyak yang tahu
pula bahwa peradaban Islam-lah yang memperkenalkan Eropa pada Aristoteles,
Plato, dan Socrates, serta akhirnya meniupkan angin renaissance bagi kemajuan
Eropa saat ini. Cordoba, ibu kota kekhalifahan Islam di Spanyol, pernah menjadi
pusat peradaban pengetahuan dunia, yang membuat Paris dan London beriri hati.” Saya
sangat suka ungkapan prolog dalam 99 cahaya itu. Memiliki makna tersirat yang
kuat. Mengajak kita kembali bercermin betapa sejarah telah memberi banyak
pelajaran, tinggal bagaimana kita hari ini berperan, agar kejayaan itu kembali
kita genggam, dan kesalahan di masa lalu tak lagi kita ulang.
99 Cahaya di Langit Eropa merupakan
karya yang luar biasa, terlepas dari adanya pendapat sebagian kecil orang yang memandang
sinis terhadap orang-orang yang mengandrungi Eropa. Saya mengganggap sikap itu
hanyalah rasa iri dari mereka yang belum pernah menginjakkan kakinya di benua
biru ini, dan belum mampu menciptakan karya seperti halnya 99 cahaya.
Well, back to story. Hanum
menceritakan secara detail pengalaman hidupnya selama 3 tahun di Wina dengan
apik, ada nilai penting yang menonjol dalam setiap peristiwa. Jika catatan buku
perjalanan lainnya hanya berbicara tentang indahnya panorama dan tempat-tempat
terkenal di setiap sudut kota di Eropa, maka hanum menyentuh sisi yang berbeda.
Sisi seorang Muslim yang sedang mencoba menemukan jati dirinya, di sebuah benua
dimana Islam di sana pernah berjaya ribuan tahun silam. Dimana sebuah kebenaran
tersekat oleh dogma, dan tersimpan rapat dalam setiap ukiran bangunan megah nan
mempesona. Sungguh sebuah perjalanan spiritual yang mengesankan. Hanum tidak
hanya membawa kita jalan-jalan sambil belajar sejarah, namun ia juga memberi
sebuah pesan, jadilah agent Islam yang baik dimanapun berada.
5. 7 Keajaiban Rezeki by Ippho Santosa
Awalnya saya hanya sekedar ingin ikut
saja seminar Ippho yang diselenggarakan di Banda Aceh beberapa tahun yang lalu.
Saat itu saya memang lagi hobby ikut seminar motivasi dan entrepreneur. Namun
ternyata pertemuan itu bukan hanya membuat saya mengenal sosok Ippho Santosa
lebih jauh, namun juga bisa bercengkraman dengan sebuah buku “7 Keajaiban
Rezeki”.
Simple dan spontan, begitulah gaya
kepenulisan Ippho dalam setiap bukunya. Gaya yang spontan dengan sidikit humor dan
bahasa yang ringan membuat bukunya enak dibaca oleh kalangan manapun. Hampir
semua buku Ippho saya koleksi, kecuali “Marketing is bullshit” yang waktu itu
stocknya habis, dan hingga kini tidak terbeli...hehehe… Ippho memang bukan
satu-satunya motivator ulung, masih ada Bong Candra dan Merry Riyana. Namun begitu,
Ippho istimewa bagi saya karena konsep yang ditawarkannya membawa kita mengenal
gaya berbisnis Rasulullah dan para sahabat. Itu bedanya.
Melalui buku 7 keajaiban rezeki, ippho
mengupas tentang tujuh keajaiban, yakni:
(1) Sidik Jari Kemenangan, setiap orang
adalah unik. Setiap orang punya cara tersendiri untuk meraih kemenangan, dengan
lebih cepat. Yang mana cara tersebut mungkin hanya berlaku pada dirinya, namun
tidak berlaku pada orang lain. Yup, unik layaknya sidik jari. Itulah sidik jari
kemenangan.
(2) Sepasang Bidadari, bagi yang belum
menikah sepasang bidadari itu adalah hubungan seorang anak dengan kedua orang
tuanya, dimana penting sekali disini untuk menyamakan harapan antara keduanya,
karena restu Allah berhubungan dengan restu orang tua, kadang karena latar
belakang pendidikan orang tua yang mungkin tidak setinggi kita, kita merasa
mereka tidak perlu tahu tentang mimpi-mimpi kita, padahal bila kita mau
bercerita, doa mereka adalah jalan dari segera terwujudnya mimpi tersebut.
Namun kalau kita enggan, itulah mungkin yang membuat diri kita
terkatung-katung, karena apa yang kita pinta kepada Allah bisa jadi berbeda
dengan apa yang orang tua kita minta untuk kita. Bagi yang sudah menikah
sepasang bidadari itu adalah suami istri, dimana keduanya harus saling support,
jika tidak tentu rezeki akan lari dan mencari pasangan lain yang harmoni
hehehe…
(3) Golongan kanan, lebih menggunakan
otak kanan, kenapa? Karena matematika Tuhan itu tidak sama dengan matematika
yang kita pelajari di bangku sekolahan, yang sering kita gunakan menggunakan
otak kiri. Selain itu, hidup kita penuh dengan hal-hal yang tidak pasti. Jodoh,
rezeki, dan maut, itu memang pasti, namun siapanya, dimananya, kapannya,
berapanya dan bagimananya. Lebih banyak unsur tidak pastinya. Nah, dengan pola pikir
lateral, orang yang kuat otak kanannya mampu menyikapi ketidakpastian,
perubahan, dan resiko.
(4) Simpul Perdagangan, Hermanwan Karjaya
(seorang kristiani keturunan cina, pakar pemasaran kelas dunia) berkata; “Nabi
Muhammad itu kan pengusaha, mestinya scih Muslim itu juga jadi pengusaha.” Sebuah
sentilan yang sangat menusuk bukan? Karena memang Rasulullah seorang pengusaha,
istri kesayangannya juga pengusaha, empat sahabat nabi juga para pedagang yang
kaya raya, sepuluh sahabat nabi yang dijamin masuk surga hampir semuanya
pedagang, Islam pun menyebar ke seantero negeri melalu perdagangan. Bahkan nabi
berkata, “Berdaganglah engkau, karena Sembilan dari sepuluh pintu rezeki itu
berada di perdagangan.” Inilah dia "Pareto Rezeki” dimana sebagian kecil
manusia menguasai sebagian besar rezeki. Dengan kata lain, mereka tidak
menguasai simpul perdagangan sebagaimana dicontohkan Rasulullah dan para
sahabat. Karena itu untuk menjawab sentilan diatas, sudah seharusnya muslim menguasai
simpul perdagangan.
(5) Perisai Langit, betapa kanannay
sebuah keyakinan! Betapa kananya sebuah agama! Ianya tidak bisa dipahami cuma
dengan otak kiri yang reallistis. Namun perlu dipahami dengan otak kanan yang
imajinatif. Naggak percaya? Lihat saja. Untuk sehat, apa yang diajarkan agama?
Puasa, shalat tahajud, sedekah. Sekilas tidak masuk akal, kan? Maksudnya akal
kiri..hehehe…abal ibadah kita, sikap, kata dan perbuatan kita adalah perisai
langit.
(6) Pembeda Abadi, Dalam Art of war, ahli
perang paling legendaris Sun Tzu mengusulkan, “know yourself, know the enemy!”
Pahami diri dan pahami musuh. Jadi, bukan ujung-ujung perang. Bukan
nekat-nekatan. Nah, kalau usulan ini betul-betul diterapkan sebelum melaju ke
medan perang, niscaya akan terjadilah seribu kali perang seribu kali menang!
Sebagai seorang pemenang, manakah yang harus anda titik beratkan, kekuatan atau
kelemahan? Idealnya sich dua-duanya. Kekuatan ditingkatkan, kelemahan
diperbaiki. Iya kan? Ya iya! Namun kalau harus memilih satu karena sejuta
keterbatasan, pilihlah untuk meningkatkan kekuatan, bukan memperbaiki
kelemahan. Itulah yang akan menjadikan ada sebagai seorang pembeda abadi.
(7) Pelangi ikhtiar, pelangi ikhtiar ini
dihiasi oleh tujuh bias, yaitu impian, tindakan, kecepatan, keyakinan,
pembelajaran, kepercayaan, dan keikhlasan. Inilah kebiasaan-kebiasaan seorang
pemenang. Andakah orangnya? Buktikan!
Sirah Nabawiyah merupakan buku yang
menelaah tentang perjalanan hidup Rasulullah. Seluk beluk kehidupan Rasulullah,
adalah lautan yang luas membentang, dengan kebeningan airnya yang kebiruan.
Disana tersimpan pesona alami nan abadi. Tiada mata yang bosan memandang. Tiada
hati yang jemu menikmati. Tiada berhenti orang yang menyelami. Karena sosok
beliau, adalah pesona sepanjang masa.
Bagi saya, Sirah Nabawiyah laksana biography-nya
Rasulullah, jika ditanya adakah buku biography yang sempurna? Maka jawabannya Sirah
Nabawiyah. Membaca buku biografi lainnya hanya memberi satu nilai perjuangan,
namun Sirah Nabawiyah mengupas jejak-jejak perjuangan Rasulullah dengan sangat
komplit, bukan hanya perjuangan dengan keringat, namun juga dengan tetesan darah
dan pengorbanan nyawa. Sebuah perjuangan yang ketika membacanya tidak hanya
membuat pembaca meneteskan air mata, namun juga berkaca, apa yang telah saya lakukan
untuk meneruskan roda perjuangan kekasih Allah itu?
Didalamnya terkandung banyak pelajaran
kehidupan, ada pelajaran tentang negoisasi dari perjanjian dengan para yahudi,
ada pelajaran melawan konspirasi dari mereka yang berniat membunuh nabi, ada
pelajaran tentang bagaimana harus bersikap dan bertindak dari setiap perang
yang terjadi, ada pelajaran diplomasi dari korespondesni dengan para raja-raja,
ada pelajaran tentang strategy dari pengiriman utusan keluar negeri. Ada pelajaran
bagaimana mengatur siasat perang ketika bertempur dengan kaum yahudi, ada
pelajaran bagaimana berdagang dengan jujur di pasar, ada pelajaran bagaimana
memakmurkan masjid, ada pelajaran bagaimana berbagi (antara kaum Ansar dan kaum
Muhajirin) saat nabi hijrah dari Mekkah ke Madinah. Ada pelajaran bagaimana
menghadapi para nabi palsu dan penyebar fitnah. Dan sejuta pelajaran lainnya,
yang jika kita menjadikan pelajaran-pelajaran tersebut sebagai acuan kehidupan
kita saat ini, maka akan kita temui bibit-bibit solusi, karena apa yang terjadi
di zaman sekarang, sudah pernah terjadi di zaman dulu. Sebagaimana pernyataan George
Santayana: “Those who don’t learn from history are doomed to repeat it” Barang
siapa melupakan sejarah, ia pasti akan mengulanginya.
Sirah Nabawiyah merupakan nutrisi ruh
saat jiwa ringkih, maka buku ini bisa menjadi salah satu obat mujarab untuk
membuat jiwa kembali bersemangat, dan menyalakan energy positive.
7. Menulis dengan Emosi by Carmel Bird
Menulislah pada saat awal dengan
hati. Setelah itu, perbaiki tulisan anda dengan pikiran. Kunci pertama dalam
menulis adalah bukan berfikir, melainkan mengungkapkan apa saja yang anda
rasakan. Inilah buku yang mengupas seluk-beluk
kepenulisan. Dalam bentuk surat-menyurat fiktif antara penulis dan editor, buku
ini menyajikan berbagai nasehat praktis menulis maupun saran-saran yang
membesarkan hati dan menggugah semangat menulis, dari mencari ide cerita dan
berimajinasi, cara mengawali dan mengakhiri cerita, hingga mengirimkan naskah
yang sudah rampung ke majalah atau penerbit.
Buku ini juga berisi quotes menulis yang cukup bagus;
“Semua bahan untuk karya sastra tidak
lain dalah kehidupan masa lalu saya”(Marcel Proust)
“Kalau soal kata, masalahnya adalah
siapa yang menjadi tuan, itu saja.” (Humpty Dumpty)
“Seniman sejati adalah orang yang
tidak pernah menganggap remeh apapun.” (Nabokov)
“Seorang novelis dapat melakukan
apapun yang dia inginkan sepanjang ia membuat orang mempercayainya. “(Gabriel
Garcia Marquez)
“Lamunan adalah dasar dari segala
fiksi” (Colin Wilson)
“Begitu pikiran bekerja, tangan
bergerak.” (Fay Weldon)
wewww...bukunya kelas berat semua. yang Anis matta saya sudah baca brtahun-tahun lalu. yang lainnya, 99 cahaya di langit Eropa, itu sudah pasti dooong :D
ReplyDeleteGa berat koq qi, bisa diangkat sebelah tangan :D
DeleteIya Anis Matta itu buku lama, namun tetap di hati hehehe...
Wah penggemar 99 Cahaya di Langit Eropa juga nih...
mantap...keren-keren bukunya kak:D. 99 cahaya di bumi Eropa juga saya udah baca. pengen jalan2 kesana.::D
ReplyDeleteMakasih Ghina, ayo kita jalan-jalan bareng kesana :) at least mimpi aja dulu...
Deletewah komplit ya...... yang Anis Matta itu dulu pernah baca di Tarbawi
ReplyDeleteApanya yang komplit Ihan? Ga ada nasi goreng komplit disini hehehe...
DeleteIya tulisan Anis Matta pertama baca memang di tarbawi, terus berburu bukunya, habis udah jatuh cinta sich... walau udah baca di majalah, tetap aja pingin punya bukunya juga :)
Mantrap, ada filosofi kopinya Dee. Dan blog kami pake template yang sama, artinya kami sodara setemplate, yg akan saling mendukung.
ReplyDeleteHahaha...template kita sama ya? Satu selera berarti :) Selama untuk kebaikan dapat dukungan saya..hehehe... Kayaknya wajahnya ga asing nih. Ini bang Fadhil pertanian bukan sich?
DeleteBelum baca semua... Tapi pastinya in sha Allah jadi pengantar yang sangat bagus untuk membaca buku-buku yang pengarangnya memiliki banyak karya best seller dan populer di dunia.
ReplyDeleteSeminar Mas Ippho yang di Pendopo ya, yang tanggal 17 Oktober 2010. Kalau iya, saya ikut hadir saat itu. Oh ya, salam kenal dan trims sharing buku-buku favoritnya. :)
DeleteIya,
DeleteinsyaAllah ga nyesel deh baca itu buku... :)
Yup, di Pendopo, cuma lupa tgl berapa, hebat bener ingatannya ingat
sedetail itu...hehe... cm wkt itu saya ga sempat diskusi byk. Jadinya
saya dan teman jmp esok harinya dgn Ippho di Hermes, kan beliau wkt itu
ksh hadiah consultasi gratis krn acara dimulai telat.
Hmm...udah pernah hadir di acara yg sama, terus sama2 join juga di Group
PI, disana jg bilang salam kenal. Eh jumpa lagi disini, masih bilang
salam kenal juga? Terus kapan kenalnya hahaha...
Wah filosofi kopi.. ada 99 Cahaya di langit Eropa lagi..
ReplyDeleteBuku yang hebat!
salut!
Yup, buku yang hebat! Semoga kita bisa menulis karya sehebat itu juga. Ameen...
DeleteMakasih sudah berkunjung!